17 February 2019

William Shakespeare



Lelaki berjaket parka tadi berjalan meninggalkan gerbang. Sambil mengenakan headset ia susuri punggung kemacetan Bogor di sore hari. Hari itu hari sabtu, jalan protokol depan sekolahnya penuh sesak dengan manusia-manusia lelah, yang berdesak-desakan di dalam angkot, jalan layang, dan pikiran mereka sendiri. Ia akhirnya berhenti pada sebuah bangku taman. Ia duduk dan meletakkan tas disampingnya. Musik masih berputar. Kemudian dari dalam tas ia mengeluarkan sebuah buku kecil dengan sampul usang, diikat dengan karet gelang berwarna hitam. Lalu dengan sebuah pena, ia menulis …


16.45 WIB ;

Kami bertiga berdiskusi. Aku, bersama hati, dan pikiranku. Pada mulanya kita berdebat tentang bagaimana manusia bisa menyeimbangkan sepeda, bagaimana hujan bisa turun satu-persatu, dan bagaimana bisa, hanya dengan memutar butiran gula, kemudian terbentuk kepulan kapas merah yang manis dan lembut. Saat kami asik berdebat, playlistku sampai pada sebuah lagu. Lelaki dalam La Foire De Scarborough itu memanggil kurcaci-kurcaci yang ada di dalamnya. Mereka kemudian bekerjasama melontarkanku, jauh kemudian jatuh ke pinggir sungai Stratford-upon-Avon.
Disana, kapal-kapal batubara sibuk lalu lalang, kereta kereta kuda buru-buru mengantarkan penumpangnya. Aku terus berjalan menyusuri sungai itu. Dan akhirnya pandanganku berhenti pada seorang lelaki yang sedang duduk dengan buku dan pena di tangannya. Lelaki itu hanya terdiam dan melamun. Karena penasaran, akupun mendekatinya, semakin dekat, kemudian ketepuk pundak kirinya. Bersamaan dengan itu, kemudian tanganku di genggamnya sambil berkata,

And all the men and women merely players;
They have their exits and their entrances;
And one man in his time plays many parts,
His acts being seven ages.”

Ia melepaskan genggamanya, kemudian bersiap meninggalkanku
Dan tepat sebelum ia berlalu, ia berpesan padaku,

“Brevity is the soul of wit. Young man”.

Seketika kapal-kapal dan kereta kuda itu berubah menjadi angkot dan mobil-mobil berplat F yang saling klakson dan mendahului. Aku pulang dari lamunanku, bersamaan dengan berakhirnya lagu itu.
Aruna
Bogor, 14 Agustus 2007

Langit semakin gelap, lampu-lampu kota mulai menyala, dan kelelawar beterbangan diatas gedung dan pohon-pohon mahoni. Lelaki itu kemudian beranjak dari tempat duduknya, berjalan,  kemudian menghilang di persimpangan jalan.


No comments:

Post a Comment