Lelaki berjaket
parka tadi berjalan meninggalkan gerbang. Sambil mengenakan headset ia susuri
punggung kemacetan Bogor di sore hari. Hari itu hari sabtu, jalan protokol
depan sekolahnya penuh sesak dengan manusia-manusia lelah, yang
berdesak-desakan di dalam angkot, jalan layang, dan pikiran mereka sendiri. Ia
akhirnya berhenti pada sebuah bangku taman. Ia duduk dan meletakkan tas
disampingnya. Musik masih berputar. Kemudian dari dalam tas ia mengeluarkan
sebuah buku kecil dengan sampul usang, diikat dengan karet gelang berwarna
hitam. Lalu dengan sebuah pena, ia menulis …
16.45 WIB ;
Kami bertiga berdiskusi. Aku,
bersama hati, dan pikiranku. Pada mulanya kita berdebat tentang bagaimana
manusia bisa menyeimbangkan sepeda, bagaimana hujan bisa turun satu-persatu,
dan bagaimana bisa, hanya dengan memutar butiran gula, kemudian terbentuk
kepulan kapas merah yang manis dan lembut. Saat kami asik berdebat, playlistku
sampai pada sebuah lagu. Lelaki dalam La
Foire De Scarborough itu memanggil kurcaci-kurcaci yang ada di dalamnya.
Mereka kemudian bekerjasama melontarkanku, jauh kemudian jatuh ke pinggir
sungai Stratford-upon-Avon.
Disana, kapal-kapal batubara sibuk
lalu lalang, kereta kereta kuda buru-buru mengantarkan penumpangnya. Aku terus
berjalan menyusuri sungai itu. Dan akhirnya pandanganku berhenti pada seorang
lelaki yang sedang duduk dengan buku dan pena di tangannya. Lelaki itu hanya
terdiam dan melamun. Karena penasaran, akupun mendekatinya, semakin dekat,
kemudian ketepuk pundak kirinya. Bersamaan dengan itu, kemudian tanganku di
genggamnya sambil berkata,
“And all the men and women merely players;
They
have their exits and their entrances;
And
one man in his time plays many parts,
His
acts being seven ages.”
Ia melepaskan genggamanya, kemudian bersiap
meninggalkanku
Dan tepat sebelum ia berlalu, ia berpesan padaku,
“Brevity
is the soul of wit. Young man”.
Seketika kapal-kapal dan kereta
kuda itu berubah menjadi angkot dan mobil-mobil berplat F yang saling klakson
dan mendahului. Aku pulang dari lamunanku, bersamaan dengan berakhirnya lagu
itu.
Aruna
Bogor, 14 Agustus 2007
Langit semakin gelap, lampu-lampu kota mulai menyala, dan kelelawar
beterbangan diatas gedung dan pohon-pohon mahoni. Lelaki itu kemudian beranjak
dari tempat duduknya, berjalan, kemudian
menghilang di persimpangan jalan.
No comments:
Post a Comment