10 November 2018

Senja


kujentikkan jemariku di kaki-kaki langit
setelah tirai jendela kututup
yang didalamnya hujan nan basah dan kuyup
semenjana kudengar sayup-sayup gaung angin
aku berkaca di lautan perak yang luas
seraya pelukis menari-nari menjejak kanvas

aku naik dengan tergesa-gesa
kupecut matahari yang menarik andongku
bergegas ke belah bumi lainnya
ke peratapan-peratapan insan mengerang duka
bertemu dengan gunung dan lembah
berjumpa kening dan lutut yang menyembah

sekejap adalah pesona sukmaku
dan malam yang menyadarkan kalian tentang itu
ku koleksi album potret pengangguran yang lelah
kelana jauh, berkeliling mengendarai ijasah
ku pamerkan lukisan anak-anak yang basah
bermain di sungai dengan ibu yang marah

penyair mabuk dan minum dari air susuku
hingga mereka bermetafora entah tentang apa
pujangga memetik bunga dari tamanku
lalu mereka bersumpah serapah entah pada siapa
pemulung memungut kardus dari pendarku
kemudian berbaring dan tidur diatasnya

Aku senja, siapapun kamu

Rantau pulung, Kutai, 27 Agustus 2017

30 January 2018

Maha

Aku merindukannya
disamping aku mengasihinya Tuhan
Aku menyayanginya
disamping aku juga mencintainya Tuhan
Ahh...bukankah Kau itu
Maha rindu, kasih, sayang, dan cinta?
Mungkin cuma Kau yang paling tahu,
menyampaikan semua itu
dangan cara yang paling indah
Maukah Kau menyampaikannya?
Maukah Kau juga merindu, mengasihi, menyayangi, dan mencintainya,
sama besarnya sepertiku?
Jika Kau Tuhanku
Peluklah dia dengan hangat Maha-Mu
dan saat itu, ijinkan aku
untuk sekadar tahu
bahwa itu benar-benar terjadi

Pasar Gede, Solo, 16 Oktober 2012